Monday, December 26, 2011

rAgAm nAk fInAl sEm 1

satu minggu bosan. ramai sangat orang balik kampung. so,terpakse la aku tido kat bilik sorang kakak ni.. time tu bermulalah kerje gile..konon-kononye nak 'lepaskan' tension la..tapi, balek-balek, terus terbongkang..haha
bukan ktorg dua org je yang keluar malam, tapi ade si kecik molek..hazirah name dye..tapi sayang la..gambar kaburrrr la katekan..huhu yang macam budak x betoi ni, kak wani a.k.a k.long ktorg.. adoi, dye ni la yang boley wat pale aku jadi x btoi.. bosan punye pasal, nek jela bas ukm malam-malam.. siap pusing satu ukm lagi tu..
ha..tengok tu..ni tengah cover ni..bas nak gerak dah.. cam ape je..haha k.long2..cam ne la k.long boley jadi kakak sulung ktorg ni..adoi, adik-adik yang penin pale tengok k.long..huhu plan nak lawat alliyana ktorg wat last minit..time tu dah sampai pon kat kolej aminuddin baki.. tempat kawan rapat ktorg lagi sorg..nek bas ibu zain, memang kena patah balek ke za'ba..tapi PERHATIAN YE!! bas ibu zain xkan nek za'ba..'abang' driver tu kedekot.. xjadi nak kate dye nsem..huhu
ha..time ni ktorg dah mula kumpul..sume anak2 mama!!!kecuali 'angah' yang nak kwen tu..tacing ngn angah.. xnk ajak ktorg..huhu dye sorg je laki dalam family x jadi ni..haha masing2 prangai x bape nak btoi..ni mesti ikot prangai papa ni..kan mama..??jgn mare papa..hehehe
tengok k.long 2..ade ke patot makan sudu..tau la lapo..bawak bersabo erk..haha klo korg nak tau,aku la yang paling bongsu skali..bangge sat..hehehe (gelak malu2) dan..last sekali...ni la gambar ktorg yang amik coz USULUDDIN DAN FALSAFAH 2011/2012

Wednesday, December 14, 2011

AyAh...

Suatu ketika, ada seorang anak wanita yang bertanya kepada Ayahnya, tatkala tanpa sengaja dia melihat Ayahnya sedang mengusap wajahnya yang mulai berkerut-merut dengan badannya yang terbungkuk-bungkuk, disertai suara batuk-batuknya.

Anak wanita itu bertanya pada ayahnya : "Ayah, mengapa wajah Ayah kian berkerut-merut dengan badan Ayah yang kian hari kian terbungkuk ?" Demikian pertanyaannya, ketika Ayahnya sedang santai di beranda.
Ayahnya menjawab : "Sebab aku Laki-laki." Itulah jawaban Ayahnya. Anak wanita itu bergumam : "Aku tidak mengerti." Dengan kerut-kening karena jawaban Ayahnya membuatnya tercenung rasa penasaran.

Ayahnya hanya tersenyum, lalu dibelainya rambut anak wanita itu, terus menepuk-nepuk bahunya, kemudian Ayahnya mengatakan : "Anakku, kamu memang belum mengerti tentang Laki-laki." Demikian bisik Ayahnya, yang membuat anak wanita itu tambah kebingungan.

Karena penasaran, kemudian anak wanita itu menghampiri Ibunya lalu bertanya kepada Ibunya : "Ibu, mengapa wajah Ayah jadi berkerut-merut dan badannya kian hari kian terbungkuk ? Dan sepertinya Ayah menjadi demikian tanpa ada keluhan dan rasa sakit ?"
 
Ibunya menjawab : "Anakku, jika seorang Laki-laki yang benar-benar bertanggung-jawab terhadap keluarga itu memang akan demikian." Hanya itu jawaban sang Ibu.
Anak wanita itupun kemudian tumbuh menjadi dewasa, tetapi dia tetap saja penasaran, mengapa wajah Ayahnya yang tadinya tampan menjadi berkerut-merut dan badannya menjadi terbungkuk-bungkuk ?

Hingga pada suatu malam, anak wanita itu bermimpi. Di dalam impian itu seolah-olah dia mendengar suara yang sangat lembut, namun jelas sekali. Dan kata-kata yang terdengar dengan jelas itu ternyata suatu rangkaian kalimat sebagai jawaban rasa kepenasarannya selama ini.

"Saat Ku-ciptakan Laki-laki, aku membuatnya sebagai pemimpin keluarga serta sebagai tiang penyangga dari bangunan keluarga, dia senantiasa akan berusaha untuk menahan setiap ujungnya, agar keluarganya merasa aman, teduh dan terlindungi."

"Ku-ciptakan bahunya yang kekar dan berotot untuk membanting-tulang menghidupi seluruh keluarganya dan kegagahannya harus cukup kuat pula untuk melindungi seluruh keluarganya."
"Ku-berikan kemauan padanya agar selalu berusaha mencari sesuap nasi yang berasal dari tetes keringatnya sendiri yang halal dan bersih, agar keluarganya tidak terlantar, walaupun seringkali dia mendapat cercaan dari anak-anaknya."
 
"Ku-berikan keperkasaan dan mental baja yang akan membuat dirinya pantang menyerah, demi keluarganya dia merelakan kulitnya tersengat panasnya matahari, demi keluarganya dia merelakan badannya berbasah kuyup kedinginan karena tersiram hujan dan dihembus angin, dia relakan tenaga perkasanya terkuras demi keluarganya, dan yang selalu dia ingat, adalah disaat semua orang menanti kedatangannya dengan mengharapkan hasil dari jerih-payahnya."

"Kuberikan kesabaran, ketekunan serta keuletan yang akan membuat dirinya selalu berusaha merawat dan membimbing keluarganya tanpa adanya keluh kesah, walaupun disetiap perjalanan hidupnya keletihan dan kesakitan kerapkali menyerangnya."
"Ku-berikan perasaan keras dan gigih untuk berusaha berjuang demi mencintai dan mengasihi keluarganya, didalam kondisi dan situasi apapun juga, walaupun tidaklah jarang anak-anaknya melukai perasaannya, melukai hatinya. 
Padahal perasaannya itu pula yang telah memberikan perlindungan rasa aman pada saat dimana anak-anaknya tertidur lelap. Serta sentuhan perasaannya itulah yang memberikan kenyamanan bila saat dia sedang menepuk-nepuk bahu anak-anaknya agar selalu saling menyayangi dan saling mengasihi sesama saudara."

"Ku-berikan kebijaksanaan dan kemampuan padanya untuk memberikan pengertian dan kesadaran terhadap anak-anaknya tentang saat kini dan saat mendatang, walaupun seringkali ditentang bahkan dilecehkan oleh anak-anaknya."

"Ku-berikan kebijaksanaan dan kemampuan padanya untuk memberikan pengetahuan dan menyadarkan, bahwa Isteri yang baik adalah Isteri yang setia terhadap Suaminya, Isteri yang baik adalah Isteri yang senantiasa menemani, dan bersama-sama menghadapi perjalanan hidup baik suka maupun duka, walaupun seringkali kebijaksanaannya itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada Isteri, agar tetap berdiri, bertahan, sejajar dan saling melengkapi serta saling menyayangi."

"Ku-berikan kerutan diwajahnya agar menjadi bukti, bahwa Laki-laki itu senantiasa berusaha sekuat daya pikirnya untuk mencari dan menemukan cara agar keluarganya bisa hidup didalam keluarga sakinah dan badannya yang terbungkuk agar dapat membuktikan, bahwa sebagai Laki-laki yang bertanggung jawab terhadap seluruh keluarganya, senantiasa berusaha mencurahkan sekuat tenaga serta segenap perasaannya, kekuatannya, keuletannya demi kelangsungan hidup keluarganya."
"Ku-berikan kepada Laki-laki tanggung-jawab penuh sebagai pemimpin keluarga, sebagai tiang penyangga, agar dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya.
Dan hanya inilah kelebihan yang dimiliki oleh Laki-laki, walaupun sebenarnya tanggung-jawab ini adalah amanah di dunia dan akhirat."

Terbangun anak wanita itu, dan segera dia berlari, bersuci, berwudhu dan melakukan shalat malam hingga menjelang subuh. Setelah itu dia hampiri bilik Ayahnya yang sedang berdzikir, ketika Ayahnya berdiri anak wanita itu merengkuh dan mencium telapak tangan Ayahnya.
"Aku mendengar dan merasakan bebanmu, Ayah."
Dan sehingga saat ini, aku tetap tidak mampu membalas jasamu..Maafkan aku ayah..

Tuesday, December 13, 2011

JIWA YANG BERSIH

Jiwa yang bersih merupakan salah satu kaedah yang digunakan untuk membentuk sahsiah atau keperibadian yang mulia. Pembentukan jiwa yang ditekankan di dalam Islam ialah pembangunan yang memfokuskan terhadap usaha mendekatkan hubungan seseorang dengan penciptaNya iaitu Allah s.w.t. melalui amalan (Ibadah Qalbiyyah). Perkara ini dapat melahirkan seseorang itu bersedia untuk tunduk dan patuh pada setiap suruhan atau tegahan dari Allah. Dengan ini dapatlah mehirkan seseorang itu kepada penghayatan terhadap keperibadian yang mulia melalui amalan zahirnya. Bertepatan dengan maksud sahsiah itu sendiri sepertimana yang disebutkan oleh Imam al Gahzali dalam bukunya Ihya’ Ulum al Din iaitu, sahsiah ialah aspek-aspek yang saling mempengaruhi antara-antara sifat-sifat dalaman dan luaran. Ia bermaksud merangkumi aspek luaran iaitu tingkah laku yang dijelmakan dari sifat dalaman yang meliputi aspek emosi, sikap, motivasi dan sebagainya.  Dalam erti kata lain, tingkah laku jasad menggambarkan sifat rohani seseorang.
            Terdapat beberapa faktor yang boleh mendorong kepada jiwa yang bersih. Antaranya ialah;

3.1       Hati
Hati adalah raja bagi organ tubuh manusia dan organ tubuh badan manusia adalah rakyat bagi hati. Perkara ini boleh diumpamakan bahawa baik atau sebaliknya rakyat ditentukan oleh baik atau sebaliknya bagi raja. Jika raja sesebuah negara itu tidak memainkan peranan yang sepatutnya terhadap rakyat, maka sesebuah negara itu akan hancur. Begitu juga sebaliknya, jika raja pada sesebuah negara itu telah memainkan peranan yang sepatutnya terhadap rakyat, maka akan amanlah sesebuah negara itu. Dengan ini dapatlah dilihat bahawa hatilah yang akan memainkan peranan yang besar dalam membentuk jiwa yang bersih, seterusnya dapat melahirkan keperibadian yang mulia.


Nabi Muhammad s.a.w telah bersabda yang bermaksud;
Ketahuilah bahawa dalam jasad manusia ada segumpal daging, apabila ia baik, maka baiklah seluruh jasanya dan apabila ia rosak, maka rosaklah pula seluruh jasad, ketahuilah itulah hati.
            Melalui hadis ini, dapatlah kita lihat betapa besarnya peranan hati dalam menentukan corak kehidupan. Hati memainkan peranan penting dalam mencerminkan dan menentukan kemuliaan atau kehinaan peribadi serta jati diri seseorang sama ada sebagai seorang yang soleh mahupun sebagai seorang yang thalih. Malahan hati juga dianggap sebagai agen penentu kepada hidup dan matinya hati manusia. hatilah tempay bertapaknya iman, ketakwaan, sifat mamudah. Di dalam hati juga terletaknya kekufuran dan sifat mazmumah yang lain.
            Di dalam al-Quran telah banyak membicarakan mengenai hati terutamanya hati yang bersih dan suci dari sebarang dosa dan noda. Hati yang bersih dan suci itulah yang hati yang diterangi dengan cahaya Illahi dan tidak ada sedikit pun perasaan keraguan dan kesyirikan dalam hatinya terhadap Allah. Hal ini akan meyakinkan seseorang itu bahawa segala yang ada di dalam alam semesta ini diciptakan oleh Allah sekaligus bertindak sebagai pentadbir mutlak ke atas sekalian alam ini.
            Hati yang bersih juga adalah hati yang terhindar dari segala penyakit hati seperti dendam, dengki, fitnah dan lain-lain lagi sifat yang tercela. Orang yang hatinya bersih adalah kerana di dalam hatinya telah dipenuhi dengan iman, hidayah serta ketakwaan kepada Allah s.w.t. Di dalam hatinya juga sarat dengan kecintaan, kataatan dan ketundukan kepada Allah. Justeru, hati ialah tempat bertapaknya nilai-nilai kebaikan seperti kusyuk, tawaduk, sabar, tawakal, syukur, istiqamah, pemaaf serta sifat-sifat mahmudah yang lain.
            Hati yang berpegang kuat dengan tali Allah, tidak akan terlibat dengan pekerjaan yang dikutuk Allah. Manakala hati yang tidak mahu menurut segala perintah Allah adalah hati yang telah menderhakakan Allah. Di sini, perlulah diingat bahawa apabila hati ingin menurut segala perintah Allah, maka segala anggota tubuh badan kita akan bergerak sama, seiring dengan kata hati kita. Dari sini, lahirlah hati yang mempunyai syariat yang tinggi dalam membersihkan jiwa agar jiwa dapat membentuk keperibadian mulia terhadap seseorang.

3.2       Akal
Allah telah menciptakan akal supaya dapat membezakan antara manusia dengan makhluk yang lain. Terdapat banyak fungsi akal dalam membentuk jiwa yang bersih, seterusnya dapat melahirkan keperibadian yang mulia terhadap seseorang. Tetapi sayangnya, masyarakat kita kebanyakannya hari ini tidak mahu membezakan antara yang hak dengan yang batil melalui akal fikiran yang waras. Mereka sering menggunakan akal dalam keadaan yang tidak stabil untuk membuat sesuatu keputusan. Hal ini menyebabkan mereka telah memutuskan sesuatu keputusan dengan keadaan yang melulu tanpa merujuk kepada al-Quran dan hadis.Perkara inilah yang menjerumuskan seseorang terhadap jiwa yang kotor, seterusnya membentuk kepada keperibadian yang dicela Allah.
            Oleh itu, makanan akal ke arah membentuk jiwa yang suci adalah ilmu yang berfaedah. Dengan ilmu inilah yang akan membantu akal fikiran dalam membuat sesuatu keputusan tanpa mengikut nafsu semata-mata. Dengan berpandukan pengalaman, seseorang itu akan membuat keputusan dengan mengikut pengalaman tersebut dengan berpandukan akal fikiran yang betul. Melalui pengalaman itu, manusia akan berfikir kembali apakah kewajaran mereka dalam melakukan sesuatu mengikut kehendak nafsu mereka semata-mata atau sebaliknya.
            Akal merupakan ketua segala pergerakan. Perkara ini adalah kerana selepas hati menyatakan ingin melakukan sesuatu, akal akan bertindak dengan membuat keputusan yang betul. Setelah kata putus tercapai, segala anggota badan akan bertindak dengan berpandukan akal fikiran mereka. Keistimewaan inilah yang menyebabkan manusia dipertanggungjawabkan untuk memikul amanah Allah s.w.t. yang tidak mampu dipikul oleh langit, bumi, dan gunung-ganang. Dengan perpandukan wahyu daripada Allah s.w.t., manusia telah diamanhkan untuk menjadi khalifah di muka bumi ini.


3.3       Nafsu
Pernah dikatakan bahawa melawan nafsu adalah jihad yang paling besar daripada jihad dengan berperang melalui pedang. Makna kata di sini, melawan nafsu bukanlah perkara yang dianggap senang. Ini adalah kerana nafsu itu satu perasaan yang hadir dalam diri, ia mengalir bersama darah di dalam badan yang banyak mendorong manusia ke arah ke maksiatan. Perkara ini menyebabkan manusia terlalu sukar untuk mengawalnya. Akan tetapi  jika kita berjaya mengawalnya, maka terhindarlah diri daripada segala kemaksiatan.
            Nafsu bukanlah sesuatu yang tidak dapat dikawal langsung. Jika seseorang itu selalu ingat akan balasan dan janji-janji Allah pada setiap amalan yang kita lakukan, pasti diri seseorang tidak akan melakukan sesuatu mengikut hawa nafsu semata-mata. Perkara ini adalah kerana nafsu dapat dikawal melalui akal fikiran. Melalui akal fikiran inilah yang akan dapat menjinakkan nafsu daripada melakukan perkara-perkara yang mungkar. Nafsu jahat dapat dikenal melalui sifat keji dan kotor yang ada pada manusia. Dalam ilmu tasawuf, nafsu jahat dan liar itu dikatakan sifat mazmumah. Di antara sifat-sifat mazmumah itu ialah sum'ah, riya', ujub, cinta dunia, gila pangkat, gila harta, terlalu banyak berkata-kata, banyak makan,  dengki, ego, dendam, buruk sangka, mementingkan diri sendiri, pemarah, tamak, serakah, bakhil, sombong dan lain-lain. Sifat-sifat itu melekat pada hati seperti daki melekat pada badan. Kalau kita malas menggosok sifat itu akan semakin kuat dan menebal pada hati kita. Sebaliknya kalau kita rajin meneliti dan kuat menggosoknya maka hati akan bersih dan jiwa akan suci.
            Jadi seseorang itu mesti sanggup melawan hawa nafsu. Kalau tidak, banyak ajaran Islam yang terabaikan, banyak perintah ALLAH yang dilalaikan. Bila tidak dapat melawan hawa nafsu, banyak larangan ALLAH yang akan terbuat. Jadi hanya dengan melakukan mujahadatunnafsi, barulah ajaran Islam itu dapat kita amalkan sungguh-sungguh dan barulah maksiat lahir dan batin dapat kita tinggalkan, karena nafsu yang sangat menghalang itu sudah tidak ada lagi. Nafsu itu sudah kita didik, sudah kita kalahkan, dan sudah menjadi tawanan kita.

Hasil perbincangan di atas, dapatlah disimpulkan bahawa jiwa yang bersih adalah asas kepada lahirnya peribadi yang mulia. Kebersihan jiwa penting bagi umat Islam bagi melahirkan dirinya insan yang bertakwa kepada Allah. Ia dilakukan dengan membersihkan jiwa daripada kesan dosa dan noda akibat daripada perbuatan maksiat iaitu dengan cara bertaubat serta membersihkan diri daripada sifat-sifat yang tercela.
Rasulullah s.a.w. bersabda yang bermaksud:
“Membersihkan jiwa daripada sifat terkeji adalah separuh daripada iman. Untuk membersihkan jiwa daripada sifat keji, perlulah menjauhi segala penyakit hati”.
(Hadis riwayat al-Imam Muslim)
          Jelaslah bahawa dengan iman, kita dapat membersihkan jiwa kita daripada segala sifat tercela dan dapat menamkan dalam diri segala sifat terpuji. Dalam hal ini, Allah mengingatkan kita bahawa hati dan nafsu selalu mengajak ke arah kejahatan sehingga akal sukar membezakan antara hak dengan yang batil. Nafsu dan syaitan bekerjasama untuk merebut tempat di hati setiap manusia. Jika hati sudah dikuasai dan ditawan oleh syaitan, maka manusia tidak lagi ikut perintah Allah dan rasul-Nya. Mereka dengan mudah mengikut telunjuk dan kehendak nafsu syaitan. Nafsu syaitan mahu mencorakkan hati manusia dengan sifat tercela atau mazmumah. Apabila sifat ini berputik dan bertapak pada hati manusia, maka syaitan akan memperalatkan nafsu melakukan apa saja yang disukainya. Maka akan timbullah segala penyakit hati.
            Oleh itu, umat Islam perlulah menguatkan iman mereka dengan selalu memperbaiki hati, akal dan nafsu mereka daripada terjerumus ke arah kejahatan. Perkara ini adalah kerana ketiga-tiga elimen jika terlalu lama dibiarkan tanpa berusaha untuk mengajak ke arah kebaikan seperti dengan banyak menyebut nama-nama Allah, memperdengarkan ayat-ayat suci al-Quran serta aluanan zikir yang lain, sekaligus akan menyebabkan peribadi serta tingkah laku seseorang itu menjadi sumbang pada pandangan Islam.